Artikel: ‘Ekonomi Komodo’ Tangguh Hadapi Tantangan
Pasar Global
Koran Sindo- Si ‘Ekonomi Komodo’, begitulah julukan yang
diberikan The Economist untuk menggambarkan perekonomian Indonesia, yaitu
perekonomian yang tangguh, ‘berkulit tebal’, fleksibel, cepat dan tangkas. Saat
pertumbuhan ekonomi global sedang melesu, Indonesia diprediksikan akan menjadi
salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.
Kita boleh berbangga diri karena tahun lalu prestasi Indonesia boleh
dikatakan cukup fenomenal. Selain berhasil meraih peringkat Investment
Grade yang membuka pintu seluas-luasnya kepada para
investor, PDB Indonesia juga sekarang telah melampaui angka USD 1 triliun –
suatu pencapaian yang mustahil diraih tanpa ketangguhan, ketangkasan, dan
landasan fundamental perekonomian yang kuat.
Namun, kita tidak boleh lengah. Semua pencapaian itu masih rentan
terguncang oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Bagaimana seharusnya
strategi Indonesia menghadapi potret perekonomian dunia yang suram tahun ini?
Apa saja yang menjadi kekuatan Indonesia? Dan apa yang masih menjadi catatan
pekerjaan rumah bagi kita? Semua pertanyaan tersebut dibahas dalam seminar
tahunan ‘Citi Indonesia Economic & Political Outlook’ yang kembali hadir
dengan tema ‘Indonesia
2012: Surfing in the Middle of the Tide’ (11/4).
Untuk mengulas tema tersebut, Citi Indonesia tidak tanggung-tanggung dan
menghadirkan para pakar yang sangat ahli di bidangnya untuk berbagi pandangan
mereka. Para pembicara yang hadir adalah: Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan Republik Indonesia; Chairul
Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional; Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina; Tigor Siahaan, Citi Country
Officer Indonesia; Johanna Chua, Head of Asia Pacific Economic and Market Analysis di Citigroup Global Markets Asia; dan Ferry Wong, Head of
Indonesia Research di Citi Investment Research and Analysis.
Semua pembicara menyampaikan pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka
semua sepakat bahwa meski Indonesia bisa optimis menghadapi goncangan ekonomi
global karena kita sudah memiliki struktur fundamental perekonomian yang baik,
tetapi harus tetap waspada dengan kenaikan inflasi jangka pendek dan menyusun
strategi jangka panjang untuk mempertahankan pertumbuhan yang linear.
“Tantangannya adalah apakah kita bisa mempertahankan pertumbuhan yang
linear. Kunci utama mempertahankan pertumbuhan ekonomi terletak pada demografi
penduduk Indonesia yang sebagian besar komposisinya adalah pemuda dibawah usia
29 tahun. Oleh karena itu, inti dari keberhasilan upaya tersebut akan sangat
bergantung pada keberhasilan sektor pendidikan,” ujar Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan, “Pendidikan penting karena kemajuan perekonomian
Indonesia juga akan bergantung dari kemajuan industrialisasi. Bukan hanya
mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengekspor barang yang telah mendapat
nilai tambah dari proses produksi.
Menurut Pandangan/Pendapat
saya:
Julukan “Ekonomi Komodo” untuk Indonesia sudah pantas karena pada saat
perekonomian global sedang anjlok namun, pada saat bersamaan perekonomian
Indonesia justru meningkat. Karena memasuki tahun 2013, PDB (Produk Domestik
Bruto) Indonesia diperkirakan 1 Triliun USD. Gara-gara angka tersebut banyak orang
terkesima dengan performa ekonomi Indonesia. Dan banyak yang mengira, dengan
pertumbuhan ekonomi sepesat itu, bangsa dan negara Indonesia sudah sejahtera.
Faktanya adalah berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tingkat
kesenjangan ekonomi pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,41 dari tahun 2005
sebesar 0,33. Data lain juga menunjukkan bahwa kekayaan 40 orang terkaya
Indonesia mencapai 680 Triliun (71,3 miliar USD) atau setara dengan 10,33% PDB.
Menurut para pembicara di atas sudah jelas mengenai
perekonomian Indonesia saat ini. Mereka juga sudah memaparkan pandangannya
masing-masing dalam seminar tersebut. Dan salah satu hal yang membedakan
perekonomian Indonesia dari negara lain yaitu terletak pada resiliensi domestik
dan kekuatan konsumsi domestik. Dengan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia
yang pesat, maka permintaan akan produk-produk (barang) dan jasa yang
berkualitas pun meningkat, sehingga terciptalah pasar bagi hasil produksi dalam
negeri.
Artikel di atas juga menjelaskan mengenai sektor
pendidikan. Jika Indonesia pendidikannya maju, maka kelas menegah pun akan
terus bertumbuh dan pasar domestik bisa terus berkembang. Maka dari itu
pemerintah telah mengharuskan wajib belajar 12 tahun dan menggratiskan biaya
sekolah bagi anak-anak yang tidak mampu dan putus sekolah (masyarakat menengah
ke bawah). Selain itu juga Indonesia memiliki peluang yang besar dalam
merevitalisasi industrinya, terutama pada industri manufaktur (industri yang
memproduksi barang dengan menggunakan mesin atau tangan) yang menargetkan pasar
domestik.
Bukan hanya sektor pendidikan saja namun, sektor
informal juga diperhatikan karena mayoritas masyarakat Indonesia (75%) bekerja
di sektor informal. Maka dari itu, presiden dan pemerintah perlu memberikan
perlindungan hukum dan jaminan sosial, agar pengangguran dan kemiskinan tidak
melonjak naik dan terjadi lagi di Indonesia. Percuma kalau Indonesia mendapatkan
julukan “Ekonomi Komodo” tapi masih ada sektor yang tertinggal. Untuk itu
pemerintah harus lebih teliti lagi, jangan hanya terpaku oleh beberapa sektor
saja, tetapi dilihat dan ditangani secara keseluruhan.
Indonesia juga mempunyai pekerjaan rumah dalam hal menumbuhkan good governance (tata pemerintahan), antara lain dengan mengurangi biaya tak terduga, beban bea cukai dan meningkatkan transparasi pembuatan kebijakan. Dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di tengah perekonomian global - Indonesia harus terus maju, tangkas, tangguh dan tak mudah tergoyahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar