Bapak Koperasi merupakan wakil presiden pertama RI, pejuang, negarawan
serta ekonom dan biasa dikenal dengan panggilan “Bung Hatta”. Beliau lahir di
Fort de Kock (sekarang Bukit-Tinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda, 12
Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 (pada umur 77 tahun).
Ia
juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet
Hatta I, Hatta
II, dan RIS. Ia mundur
dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Bung Hatta besekolah di Padang, beliau mempunyai
ketertarikan pada pergerakan pemuda. Pada tahun 1916 pergerakan pemuda
menunjukkan geliatnya dengan memulai terbentuknya perkumpulan-perkumpulan
seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa dan Jong Ambon. Beliau
memulai kiprahnya di dunia politik dengan menjabat sebagai bendahara pada
perkumpulan pemuda tersebut. Selama menduduki jabatannya, Bung Hatta banyak belajar
tentang pentingnya keuangan bagi kelancaran sebuah organisasi.
Pada
tahun 1921 Bung Hatta menetap di Rotterdam, Belanda untuk belajar pada Handels
Hoge School. Setahun kemudian, beliau bergabung dengan sebuah perkumpulan
pelajar tanah air di Belanda dengan nama Indische Vereeniging. Pada awal
pendiriannya, organisasi tersebut merupakan perkumpulan pelajar biasa dan
berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan dengan nama Indische Partji
yang di dalamnya terdapat 3 tokoh yaitu Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker,
dan Tjipto Mangunkusumo. Kemudian perkumpulan ini berganti nama lagi menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI).
Pada
tahun 1922 Bung Hatta memulai karir politiknya dengan menjabat sebagai
bendaraha PI dan pada tahun 1925 terpilih menjadi ketua PI. Dibawah pimpinan
Bung Hatta PI berkembang menjadi organisasi politik yang mampu mempengaruhi
politik Indonesia sehingga, diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPI) sebagai pergerakan nasional di Eropa.
Pada
tahun 1926 Bung Hatta sebagai ketua PI melakukan kegiatan yaitu memimpin
delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk membicarakan perdamaian di
Berville, Perancis. Kegiatan politik Bung Hatta mulai dianggap sebagai ancaman
yang menyebabkan dirinya ditangkap tentara Belanda bersama Ali Sastoamidjojo,
Nazir St. Pamontjak dan Abdulmadjid Djojodiningrat. Udara kebebasan mulai
tercium di mahkamah pengadian Den Haag yang membebaskan keempat orang tersebut
dari segala tuduhan.
Pada
tahun 1932 Bung Hatta lulus dari sekolahnya di Belanda dan bergabung dengan
Partai Politik Nasional Indonesia (PPNI) yang bertujuan untuk memberikan
pendidikan kepada kader-kader politik dan meningkatkan kesadaran politik rakyat
Indonesia dengan cara pelatihan-pelatihan. Pada tahun 1934 Ir. Soekarno dan
Bung Hatta disaingkan di Digul oleh Belanda. Selama diasingkan beliau menulis
di koran-koran Jakarta dan majalah-majalah di Medan, artikel yang ditulisnya
besifat lebih menganalisis dan mendidik pembacanya.
Pada tahun 1937 Bung Hatta bersama Syahrir
dipindahkan dari Digul ke Banda Neira. Sewaktu di Banda Neira beliau bercocok
tanam dan menulis di koran “Sin Tit Po” (dipimpin oleh Lim Koen Hian) dengan
honorarium f 75 dalam bahasa Belanda. Kemudian beliau menulis di Nationale
Commantaren (Komentar Nasional, dipimpin Sam Ratulangi) dan menulis juga di
koran Pemandangan dengan honorarium f 50 sebulan per satu/dua tulisan.
Pada
saat penjajahan Jepang, Bung Hatta diminta untuk bekerja sebagai penasehat
pemerintah Jepang. Disaat itulah Bung Hatta, menyampaikan keinginan Bangsa
Indonesia untuk merdeka dan mendesak Jepang untuk memberi pengakuan. Lalu Bung
Hatta menyampaikan pidatonya di Lapangan Ikada. Pada tanggal 17 Agustus 1945
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Pada 1947 bulan Juli Bung Hatta berusaha
meminta dukungan ke India melalui Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi.
Pada
tanggal 27 Desember 1949 hasil pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Ratu Juliana
yang disampaikan kepada Bung Hatta. Selama menjadi wakil presiden, Bung Hatta
aktif memberikan ceramah, pelatihan di berbagai lembaga pendidikan tinggi dan
menulis banyak buku di bidang ekonomi dan koperasi. Selain itu membimbing
gerakan koperasi untuk melaksanakan konsep ekonomi sesuai dengan pemahamannya
yang sangat memadai.
Pada
tanggal 12 Juli 1951 Bung Hatta berpidato melalui radio untuk menyambut Hari
Koperasi Indonesia. Atas perjuangan dan jasanya dalam pergerakan koperasi di
tanah air. Pada tanggal 17 Juli 1953 Bung Hatta diberi gelar kehormatan sebagai
“Bapak Koperasi Indonesia” yang berlangsung pada Kongres Koperasi Indonesia di
Bandung. Pada tahun 1957 beliau meluncurkan buku dengan memuat ide-idenya
mengenai Koperasi yang berjudul “Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun”.
Pada
tanggal 14 Maret 1980 Bapak Koperasi Indonesia menghembuskan napas terakhirnya
di RSUD Cipto Mangunkusumo, atas jasa dan perjuangannya bagi bangsa Indonesia
Mohammad Hatta dianugrahi tanda kehormatan tertinggi RI yaitu “Bintang Republik
Indonesia Kelas 1” yang diberikan oleh Presiden Soeharto.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta, http://esq-news.com/2013/berita/05/24/lebih-mengenal-bapak-koperasi.html
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta, http://esq-news.com/2013/berita/05/24/lebih-mengenal-bapak-koperasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar