cursors

Text Select - Hello Kitty

Sabtu, 06 April 2013

#TGS2 Perekonomian Indonesia - Perkembangan Perekonomian Indonesia yang Sedang Fenomenal


Artikel: ‘Ekonomi Komodo’ Tangguh Hadapi Tantangan Pasar Global
Koran Sindo- Si ‘Ekonomi Komodo’, begitulah julukan yang diberikan The Economist untuk menggambarkan perekonomian Indonesia, yaitu perekonomian yang tangguh, ‘berkulit tebal’, fleksibel, cepat dan tangkas. Saat pertumbuhan ekonomi global sedang melesu, Indonesia diprediksikan akan menjadi salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.
Kita boleh berbangga diri karena tahun lalu prestasi Indonesia boleh dikatakan cukup fenomenal. Selain berhasil meraih peringkat Investment Grade yang membuka pintu seluas-luasnya kepada para investor, PDB Indonesia juga sekarang telah melampaui angka USD 1 triliun – suatu pencapaian yang mustahil diraih tanpa ketangguhan, ketangkasan, dan landasan fundamental perekonomian yang kuat.
Namun, kita tidak boleh lengah. Semua pencapaian itu masih rentan terguncang oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Bagaimana seharusnya strategi Indonesia menghadapi potret perekonomian dunia yang suram tahun ini? Apa saja yang menjadi kekuatan Indonesia? Dan apa yang masih menjadi catatan pekerjaan rumah bagi kita? Semua pertanyaan tersebut dibahas dalam seminar tahunan ‘Citi Indonesia Economic & Political Outlook’ yang kembali hadir dengan tema ‘Indonesia 2012: Surfing in the Middle of the Tide’ (11/4).
Untuk mengulas tema tersebut, Citi Indonesia tidak tanggung-tanggung dan menghadirkan para pakar yang sangat ahli di bidangnya untuk berbagi pandangan mereka. Para pembicara yang hadir adalah: Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan Republik Indonesia; Chairul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional; Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina; Tigor Siahaan, Citi Country Officer Indonesia; Johanna Chua, Head of Asia Pacific Economic and Market Analysis di Citigroup Global Markets Asia; dan Ferry Wong, Head of Indonesia Research di Citi Investment Research and Analysis.
Semua pembicara menyampaikan pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka semua sepakat bahwa meski Indonesia bisa optimis menghadapi goncangan ekonomi global karena kita sudah memiliki struktur fundamental perekonomian yang baik, tetapi harus tetap waspada dengan kenaikan inflasi jangka pendek dan menyusun strategi jangka panjang untuk mempertahankan pertumbuhan yang linear.
“Tantangannya adalah apakah kita bisa mempertahankan pertumbuhan yang linear. Kunci utama mempertahankan pertumbuhan ekonomi terletak pada demografi penduduk Indonesia yang sebagian besar komposisinya adalah pemuda dibawah usia 29 tahun. Oleh karena itu, inti dari keberhasilan upaya tersebut akan sangat bergantung pada keberhasilan sektor pendidikan,” ujar Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan, “Pendidikan penting karena kemajuan perekonomian Indonesia juga akan bergantung dari kemajuan industrialisasi. Bukan hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengekspor barang yang telah mendapat nilai tambah dari proses produksi.

Menurut Pandangan/Pendapat saya:

Julukan “Ekonomi Komodo” untuk Indonesia sudah pantas karena pada saat perekonomian global sedang anjlok namun, pada saat bersamaan perekonomian Indonesia justru meningkat. Karena memasuki tahun 2013, PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia diperkirakan 1 Triliun USD. Gara-gara angka tersebut banyak orang terkesima dengan performa ekonomi Indonesia. Dan banyak yang mengira, dengan pertumbuhan ekonomi sepesat itu, bangsa dan negara Indonesia sudah sejahtera.
Faktanya adalah berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tingkat kesenjangan ekonomi pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,41 dari tahun 2005 sebesar 0,33. Data lain juga menunjukkan bahwa kekayaan 40 orang terkaya Indonesia mencapai 680 Triliun (71,3 miliar USD) atau setara dengan 10,33% PDB.
Menurut para pembicara di atas sudah jelas mengenai perekonomian Indonesia saat ini. Mereka juga sudah memaparkan pandangannya masing-masing dalam seminar tersebut. Dan salah satu hal yang membedakan perekonomian Indonesia dari negara lain yaitu terletak pada resiliensi domestik dan kekuatan konsumsi domestik. Dengan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang pesat, maka permintaan akan produk-produk (barang) dan jasa yang berkualitas pun meningkat, sehingga terciptalah pasar bagi hasil produksi dalam negeri.
Artikel di atas juga menjelaskan mengenai sektor pendidikan. Jika Indonesia pendidikannya maju, maka kelas menegah pun akan terus bertumbuh dan pasar domestik bisa terus berkembang. Maka dari itu pemerintah telah mengharuskan wajib belajar 12 tahun dan menggratiskan biaya sekolah bagi anak-anak yang tidak mampu dan putus sekolah (masyarakat menengah ke bawah). Selain itu juga Indonesia memiliki peluang yang besar dalam merevitalisasi industrinya, terutama pada industri manufaktur (industri yang memproduksi barang dengan menggunakan mesin atau tangan) yang menargetkan pasar domestik.
Bukan hanya sektor pendidikan saja namun, sektor informal juga diperhatikan karena mayoritas masyarakat Indonesia (75%) bekerja di sektor informal. Maka dari itu, presiden dan pemerintah perlu memberikan perlindungan hukum dan jaminan sosial, agar pengangguran dan kemiskinan tidak melonjak naik dan terjadi lagi di Indonesia. Percuma kalau Indonesia mendapatkan julukan “Ekonomi Komodo” tapi masih ada sektor yang tertinggal. Untuk itu pemerintah harus lebih teliti lagi, jangan hanya terpaku oleh beberapa sektor saja, tetapi dilihat dan ditangani secara keseluruhan.
Indonesia juga mempunyai pekerjaan rumah dalam hal menumbuhkan good governance (tata pemerintahan), antara lain dengan mengurangi biaya tak terduga, beban bea cukai dan meningkatkan transparasi pembuatan kebijakan. Dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di tengah perekonomian global - Indonesia harus terus maju, tangkas, tangguh dan tak mudah tergoyahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar