cursors

Text Select - Hello Kitty

Minggu, 27 Oktober 2013

#Tulisan Biografi Bapak Koperasi

Mohammad Hatta

Bapak Koperasi merupakan wakil presiden pertama RI, pejuang, negarawan serta ekonom dan biasa dikenal dengan panggilan “Bung Hatta”. Beliau lahir di Fort de Kock (sekarang Bukit-Tinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 (pada umur 77 tahun).

Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta IHatta II, dan RIS.  Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Bung Hatta besekolah di Padang, beliau mempunyai ketertarikan pada pergerakan pemuda. Pada tahun 1916 pergerakan pemuda menunjukkan geliatnya dengan memulai terbentuknya perkumpulan-perkumpulan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa dan Jong Ambon. Beliau memulai kiprahnya di dunia politik dengan menjabat sebagai bendahara pada perkumpulan pemuda tersebut. Selama menduduki jabatannya, Bung Hatta banyak belajar tentang pentingnya keuangan bagi kelancaran sebuah organisasi.

Pada tahun 1921 Bung Hatta menetap di Rotterdam, Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School. Setahun kemudian, beliau bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah air di Belanda dengan nama Indische Vereeniging. Pada awal pendiriannya, organisasi tersebut merupakan perkumpulan pelajar biasa dan berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan dengan nama Indische Partji yang di dalamnya terdapat 3 tokoh yaitu Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo. Kemudian perkumpulan ini berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Pada tahun 1922 Bung Hatta memulai karir politiknya dengan menjabat sebagai bendaraha PI dan pada tahun 1925 terpilih menjadi ketua PI. Dibawah pimpinan Bung Hatta PI berkembang menjadi organisasi politik yang mampu mempengaruhi politik Indonesia sehingga, diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) sebagai pergerakan nasional di Eropa.

Pada tahun 1926 Bung Hatta sebagai ketua PI melakukan kegiatan yaitu memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk membicarakan perdamaian di Berville, Perancis. Kegiatan politik Bung Hatta mulai dianggap sebagai ancaman yang menyebabkan dirinya ditangkap tentara Belanda bersama Ali Sastoamidjojo, Nazir St. Pamontjak dan Abdulmadjid Djojodiningrat. Udara kebebasan mulai tercium di mahkamah pengadian Den Haag yang membebaskan keempat orang tersebut dari segala tuduhan.

Pada tahun 1932 Bung Hatta lulus dari sekolahnya di Belanda dan bergabung dengan Partai Politik Nasional Indonesia (PPNI) yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada kader-kader politik dan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan cara pelatihan-pelatihan. Pada tahun 1934 Ir. Soekarno dan Bung Hatta disaingkan di Digul oleh Belanda. Selama diasingkan beliau menulis di koran-koran Jakarta dan majalah-majalah di Medan, artikel yang ditulisnya besifat lebih menganalisis dan mendidik pembacanya.

 Pada tahun 1937 Bung Hatta bersama Syahrir dipindahkan dari Digul ke Banda Neira. Sewaktu di Banda Neira beliau bercocok tanam dan menulis di koran “Sin Tit Po” (dipimpin oleh Lim Koen Hian) dengan honorarium f 75 dalam bahasa Belanda. Kemudian beliau menulis di Nationale Commantaren (Komentar Nasional, dipimpin Sam Ratulangi) dan menulis juga di koran Pemandangan dengan honorarium f 50 sebulan per satu/dua tulisan.

Pada saat penjajahan Jepang, Bung Hatta diminta untuk bekerja sebagai penasehat pemerintah Jepang. Disaat itulah Bung Hatta, menyampaikan keinginan Bangsa Indonesia untuk merdeka dan mendesak Jepang untuk memberi pengakuan. Lalu Bung Hatta menyampaikan pidatonya di Lapangan Ikada. Pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia.  Pada 1947 bulan Juli Bung Hatta berusaha meminta dukungan ke India melalui Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi.

Pada tanggal 27 Desember 1949 hasil pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Ratu Juliana yang disampaikan kepada Bung Hatta. Selama menjadi wakil presiden, Bung Hatta aktif memberikan ceramah, pelatihan di berbagai lembaga pendidikan tinggi dan menulis banyak buku di bidang ekonomi dan koperasi. Selain itu membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan konsep ekonomi sesuai dengan pemahamannya yang sangat memadai.

Pada tanggal 12 Juli 1951 Bung Hatta berpidato melalui radio untuk menyambut Hari Koperasi Indonesia. Atas perjuangan dan jasanya dalam pergerakan koperasi di tanah air. Pada tanggal 17 Juli 1953 Bung Hatta diberi gelar kehormatan sebagai “Bapak Koperasi Indonesia” yang berlangsung pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pada tahun 1957 beliau meluncurkan buku dengan memuat ide-idenya mengenai Koperasi yang berjudul “Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun”.

Pada tanggal 14 Maret 1980 Bapak Koperasi Indonesia menghembuskan napas terakhirnya di RSUD Cipto Mangunkusumo, atas jasa dan perjuangannya bagi bangsa Indonesia Mohammad Hatta dianugrahi tanda kehormatan tertinggi RI yaitu “Bintang Republik Indonesia Kelas 1” yang diberikan oleh Presiden Soeharto. 

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta, http://esq-news.com/2013/berita/05/24/lebih-mengenal-bapak-koperasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar